Perjalanan sejarah Masjid Agung Palembang juga mencerminkan semangat perjuangan dan keteguhan hati rakyat Palembang dalam mempertahankan kemerdekaan mereka.
Pada tahun 1947, masjid ini menjadi medan pertempuran selama lima hari melawan penjajah Belanda.
Di tengah serangan yang dahsyat, pasukan Republik dengan gagah berani mempertahankan masjid ini dari kehancuran, menunjukkan semangat dan tekad yang luar biasa untuk mempertahankan hak-hak mereka sebagai bangsa yang merdeka.
Pertempuran yang terjadi di sekitar Masjid Agung Palembang pada awal tahun 1947 adalah salah satu babak heroik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Peringatan Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang Diwarnai Pawai dan Teaterikal
Masjid yang menjadi pusat spiritual bagi masyarakat Palembang ini menjadi saksi bisu dari keberanian dan keteguhan hati para pejuang Republik dalam menghadapi serangan Belanda yang mengancam kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran dimulai pada tanggal 1 Januari 1947, ketika pejuang Republik menyerang Rumah Sakit Charitas, diikuti dengan serangan balasan penuh kekuatan Belanda ke pusat komando pejuang yang berada di Masjid Agung Palembang.
Namun, pejuang Republik tidak gentar; Batalyon Geni bersama tokoh-tokoh masyarakat segera merapatkan barisan untuk mempertahankan masjid dari ancaman kehancuran.
Dengan semangat juang yang berkobar, mereka berhasil bertahan, dan tentara Belanda terpaksa mundur karena kekurangan pasokan.
Namun, keteguhan hati para pejuang di Masjid Agung tidak membuat Belanda menyerah begitu saja.
Baca Juga: Monumen Perjuangan Rakyat Palembang: Menelusuri Jejak Heroisme Perang Lima Hari Lima Malam
Pada hari ketiga, Belanda melancarkan serangan kembali dengan kekuatan yang lebih besar, didukung oleh serangan udara dari pesawat Mustang.
Meskipun menghadapi serangan yang menghancurkan, pasukan Republik tetap berdiri teguh. Bahkan, pasukan Ki.III/34 berhasil menenggelamkan satu kapal Belanda yang sarat dengan mesiu, meskipun dengan mengorbankan banyak nyawa.
Pertempuran berlanjut hingga hari keempat dan kelima, di mana pasukan Belanda berusaha menghadang bantuan pasukan Republik yang akan bergabung di Masjid Agung.
Pertempuran sengit terjadi di sekitar masjid, namun dengan kepahlawanan pasukan Mobrig pimpinan Inspektur Wagiman dan bantuan dari Batalyon Geni, garis pertahanan tetap terjaga.