Masjid Agung Palembang: Simbol Kebesaran Budaya dan Perjuangan Melawan Penjajah

photo author
DNU
- Selasa, 9 April 2024 | 06:29 WIB
Masjid SMB Jayo Wikramo masjid perjuangan (instagram @masjidagungpalembang)
Masjid SMB Jayo Wikramo masjid perjuangan (instagram @masjidagungpalembang)

 

KetikPos.com -- Masjid Agung Palembang, yang awalnya dikenal sebagai Masjid Sultan, memancarkan kebesaran budaya dan semangat perjuangan yang telah merajut sejarah kota Palembang selama berabad-abad.

Sejak perletakan batu pertamanya pada tahun 1738 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo, masjid ini telah menjadi salah satu peninggalan paling bersejarah dari Kesultanan Palembang Darussalam, melampaui batas-batas waktu dan menjadi tonggak penting dalam identitas budaya kota ini.

Karenanya, kini nama masjid ini mematrikan nama SMB I. Dan, masjid ini dinamai Masjid SMB I Jayo Wikramo.  

Baca Juga: Masjid SMB I Jayo Wikramo: Perwujudan Keagungan Budaya dan Sejarah

Berada di utara Istana Kesultanan Palembang, Masjid Agung membentang megah di antara kehidupan sehari-hari kota, menghadap sungai Musi dan berdekatan dengan Benteng Kuto Besak.

Tempatnya yang strategis secara geografis tidak hanya membuatnya menjadi pusat peribadatan, tetapi juga menjadikannya saksi sejarah dari perjalanan kota Palembang.

Pembangunan masjid ini menggambarkan keindahan arsitektur pada masa itu. Awalnya disebut Masjid Sultan, bangunan ini didesain tanpa menara, tetapi kemudian menara megah ditambahkan pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamuddin pada tahun 1758, menambah pesona keindahan dan kekokohan masjid.

Baca Juga: Ini Gubernur Sumsel Yang Restorasi Masjid Agung Palembang

Arsitek yang melibatkan diri dalam pembangunan masjid ini juga membawa nuansa Eropa, yang terlihat dalam struktur dan material bangunan yang digunakan, seperti marmer dan kaca impor langsung.

Namun, kekayaan arsitektur Masjid Agung Palembang tidak hanya terbatas pada pengaruh Eropa.

Gaya Nusantara tercermin dalam struktur utama bangunan yang berundak tiga dengan puncak berbentuk limas, sementara pengaruh Tiongkok tercermin dalam atap masjid yang menyerupai atap kelenteng Cina.

Baca Juga: Masjid Agung Palembang Tempat Wisata Religius

Pola struktur yang berundak tiga, ditemukan dalam arsitektur candi Hindu-Jawa, kemudian diadopsi oleh Masjid Agung Demak.

Sementara itu, ciri khas Tiongkok, seperti jurai daun simbar yang melengkung pada bagian atas sisi limas atap, memberikan nuansa eksotis tersendiri.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X