Mereka tidak hanya memperjuangkan aturan, tetapi masa depan seni, budaya, dan identitas Palembang itu sendiri. Dan kini, bola panas itu berada di tangan Bapemperda untuk memutuskan arah langkah ke depan.
Audiensi sendiri yang dihadiri oleh anggota Bapemeprda, seperti Harya, Asuad, Mgs Syaiful Fadly, dan Firdaus sempat tegang. Meskipun akhirnya suasana mencair.
Audiensi memang tidak bisa memutuskan. Namun kalau mau mengganti judul Raperda Pemajuan Kebudayaan yang telah dijadwalkan, harus ada mekanisme yang dijalankan.
Apakah Palembang akan memilih untuk melindungi kekayaan budayanya lewat Raperda Kesenian? Atau justru mengambil jalur yang lebih umum lewat Raperda Pemajuan Kebudayaan? Waktu yang akan menjawab.