Meski demikian, para hadirin yang memenuhi halaman rumah pengantin, terpingkal-pingkal dibuat penampilan bangsawan.
Pelaminan pengantin, juga tampak ditempati penonton. Pelaminan yang dilengkapi tulisan pengantin, Wisnu dan Rika memang masih terpampang jelas.
Siang harinya, sepasang pengantin itu bersanding di hari pernikahannya. Dan malam harinya, yang menjadi malam pertamanya, diramaikan dengan pertunjukan Bangsawan.
Penampilnan kadam yang diperankan Sani dan Mang Gobok memang seakan ‘membakar’ suasana yang dingin karena hujan dan menyisakan gerimis.
Akhir cerita yang tuntas sekitar pukul 00.00 sepertinya happy ending, menikahnya sang Raja wanita dengan pengembara yang sakti diperankan Dedi.
Malam pertama sepertinya bukan hanya bagi penganting Wisnu dan Rika yang menanggap Bangsawan. Tapi juga, bagi sang ratu dan pengembara.
Tren Baru
Ada hal atau tren baru di penampilan Dulmuluk maupun Bangsawan. Kini diwarnai banyaknya saweran yang terkadang jadi rebutan pemain. Bahan, sang raja pun, yang mestinya berwibawa dan gagah pun, terkadang ikut berebut saweran bersama kadam.
Ini tentu menjadi tontonan unik yang zaman dulu mungkin tidak ada. Paing tidak, saweran, yang biasanya ramai di pentas-pentas dangdut, bia menambah honor pemain Dulmuluk/Bangsawan, yang memang seringkali minim.
Dan, iringan musik pengantar cerita pun kini diambil alih oleh organ tunggal. Sebagai variasinya, pemain Bangsawan pun, yang kebetulan punya suara lumayan, terkadang membawakan lagu-lagu yang tak terkait cerita.
Dan lumayan, sawer pun bertambah. Asyik, lagu dangdut maupun lagu India pun menghibur penonton di Lorong Taman Bacaan.
Banyak fenomena baru mengiringi kehidupan Dulmuluk/Bangsawan yang kini masih terseok-seok.
Adanya Program Kampung Tematik, yang di Lorong Taman Bacaan mendapat bagan jadi Kampung Dulmuluk tentu menjadi harapan adanya sesuatu yang baru dan menjadi pendorong semangat agar kesenian tradisi ini masih tetap bertahan.
Tampak hadir menyaksikan penampilan Bangsawan malam kemarin, Ketua DKP M Nasir Bersama beberapa pengurus seperti Fir Azwar dan Ali Goik sebagai pembina DKP, Dr Kemas Ari Panji (Litbang), Raden Genta Laksana dan Adam (Sekretariat), juga Andivedo (pengurus DKP sekaligus tokoh pelestari Dulmuluk di LorongTaman Bacaan.