Dirinya menyebut, bagaimana bisa di akukan kalau makam-makam di Palembang ini saja tidak dijaga.
Untuk itu pihaknya juga mendapatkan dukungan dari Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn untuk terus mengadakan diskusi-diskusi serta merawat makam-makam kesultanan Darusallam.
“Kami harapkan dukungan semua pihak. Tapi, tanpa didukung siapapun kami akan terus maju bersama FPPM merawat serta melestarikan budaya di Kota Palembang,” katanya,
Ia juga menghimbau kepada masyarakat untuk membantu merawat makam-makam yang mempunyai stori dan juga jangan kencing sembarangan
Sementara itu, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja mengatakan, merawat cagar budaya bukan tugas Pemkot Palembang tapi seluruh masyarakat Palembang.
Tapi disini peran pemerintah diperlukan sebagai pemicu dan sebagai inisiator sedangkan cagar budaya jika sudah diberikan inisiatif, Insya Allah kita juga bisa bersama-sama dengan masyarakat bisa melindungi cagar budaya.
"Tapi kalau pemerintah acuh tak acuh, karena disini yang menjadi bapak kota Palembang untuk menjaga Palembang ada Walikota Palembang, tolong kami memiliki dia (Walikota Palembang). Jaga suku Palembang, suku komering dan suku-suku yang ada di kota Palembang, rawatlah peninggalan-peninggalan tersebut bersama-sama,” katanya.
Karena menurut SMB IV kota Palembang bukan hanya dimiliki suku Palembang saja tapi juga ada suku lain.
Baca Juga: Suparman Roman: Balai Pertemuan Selayaknya Dimanfaatkan sesuai Peruntukannya
Cagar budaya di Palembang menurutnya tidak melulu dari Kesultanan Palembang Darussalam, tidak dari Kerajaan Palembang saja tapi ada juga ada dari zaman kolonialisme seperti Gua Jepang, Balai Pertemuan yang merupakan warisan cagar budaya yang harus di jaga.
“Kami ingin melestarikannya tapi kalau pemerintah tidak memperlihatkannya dan tidak mengajak komponen yang ada, bagaimana kita ikut bersama-sama menjadi bagian dari pemerintah, kami bukan orang pemerintahan tapi kami ingin membantu pemerintah melestarikan dan merawat cagar budaya,” katanya.
Menurutnya, dalam masalah ini bukan soal kepentingan masyarakat saja terkait cagar budaya tapi bagaimana komunikasi pihak Pemkot Palembang dan Pemkot Palembang harusnya bisa memberikan ruang untuk masyarakat bisa berdiskusi bersama-sama .
“Ini menunjukan bahwa kita memiliki jati diri yang sangat tinggi dan kuat. Kalau bukan kita yang menjaga peradaban ini siapa lagi yang akan melestarikannya,” katanya.
Peneliti dari BRINT Sumsel, Dr Wahyu Rizky Andhifani SS MM mengatakan, di kota Palembang ada 463 cagar budaya yang sudah terverifikasi nasional yang lolos verifikasi 220 tetapi yang ditetapkan ada enam .
“Siapa yang tidak peduli dan siapa yang tidak mempedulikan saya masih menerka-nerka. Terakhir, ada tiga situs di Komplek Pemakaman Gede Ing Suro, Komplek Pemakaman Kawah Tekurep, dan Prasasti Boom Baru, “ katanya.