pariwisata-kebudayaan

Sahilin, Maestro Seni Pemantun Gitar Buah Sembilan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2007

DNU
Sabtu, 25 Februari 2023 | 09:25 WIB
Sahilin, Maestro Seni Pemantun Gitar Buah Sembilan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2007. JUmat (25/2/2023) Sahilin tutup usia di Palembang. (tangkapan layar youtube

Mencari Sahilin tidaklah sulit. Mulai dari jalan raya di depan Pelabuhan 35 Ilir Palembang, nama pria eksentrik ini sudah dikenal. Hanya saja, karena banyaknya gang kecil dan persimpangan, menanyakan anak kedua dari sembilan bersaudara ini tidaklah cukup bila sekali, terutama bagi yang baru pertama kali datang ke sini.

Di rumah panggung yang sederhana di sebuah gang sempit, Lorong Kedukan Bukit II, Sahilin hidup bersahaja bersama istrinya, Semah ( kini sudah almarhumah) dan tiga anaknya —Saidina, Sulaiman, Syarwani— serta seorang menantu.

Demikian sederhananya kediaman berukuran 5×8 meter di atas rawa itu, karena hampir tanpa penyekat, kecuali dinding pemisah ruang depan, ruang tidur, dan dapur.

Rumah ini konon dibeli Sahilin dari hasil rekaman lagu-lagu daerah yang dilantunkannya itu

Terlebih saat pandemi melanda, laki-laki tuna netra ini memang lebih banyak di rumah. Kesehariannya, kini banyak memandang gitarnya yang tergantung di dinding. Mau dipetik, kalau bukan untuk diperdengarkan bagi orang lain, tentu terasa berat.

Di antara banyaknya seniman pelantun Batanghari Sembilan, nama Sahilin tetaplah menjadi maskot.

Ketekunannya menggeluti kesenian tradisional ini membuat simpati banyak kalangan, termasuk akademi dan lembaga dari dalam maupun luar negeri seperti Philip Yampolsky dari Ford Foundations, yang pernah melakukan penelitian tahun 1992.

”Rasanya senang dan bangga didatangi orang-orang besar seperti itu. Saya tidak menyangka jika keberadaan saya di kesenian tradisional ini menjadi perhatian mereka,” kata Sahilin kepada penulis yang mengunjungi kediamannya di Lorong Kedukan Bukit, 35 Ilir Palembang, belum lama ini.

Riwayat Batanghari Sembilan

Selama ini memang belum jelas betul dari mana asal-usul nama kesenian ini sampai dinamakan kesenian Batanghari Sembilan.

Yang jelas, penamaan itu tidak lepas dari keberadaan daerah ini sebagai daerah Batanghari Sembilan (sembilan sungai yang semuanya bermuara ke Sungai Musi).

Namun menurut Sahilin, istilah ini pertama kali diperkenalkan (alm) Djaafar Malik, seorang seniman asal Lahat.

Kesenian Batanghari Sembilan berisikan pantun-pantun kehidupan sehari-hari, mulai dari masalah cinta, derita dan nasib kehidupan, pengalaman pribadi, sampai fenomena yang terjadi di masyarakat.

Biasanya pantun dibawakan dengan iringan petikan gitar tunggal, lantunan jenaka, sampai lantunan mendayu-dayu penuh ratapan. Ciri khas Sahilin lainnya di setiap penampilannya adalah kaca mata hitam untuk menutup matanya yang buta.

Sejak berusia lima tahun, pria kelahiran 1948 Dusun Benawe, Kecamatan Tanjung Lubuk, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) ini, mengalami kebutaan akibat penyakit cacar yang diidapnya.

Halaman:

Tags

Terkini