Ketika ayahnya, Muhammad Saleh, wafat, pria yang buta huruf (baik latin maupun braile) ini dibesarkan oleh Demah, ibunya. Pedih dan pahitnya kehidupan yang dialaminya tertuang dalam lagunya Sukat Malang.
Sahilin juga piawai membawakan pantun atau syairnya yang lucu tentang keseharian muda-mudi atau orang yang sedang jatuh cinta, seperti lagu Buruk Tegantung yang populer lima tahun belakangan ini.
Bahkan ungkapan 'buruk tegantung' yang menyindir lelaki terlambat kawin alias bujang lapuk (bujang tua) ini, telah menjadi bahasa gaul yang sangat populer di daerah ini.
Syair-syair lagunya semua hasil karyanya. Umumnya syairnya cukup panjang. Lagu Sukat Malang, misalnya, terdiri dari 10 bait. Bahkan ada juga syairnya yang mencapai 20-30 bait.
Artikel Terkait
Pamer Hidup Mewah Tidak Bolehkah, Wapres Dukung Menkeu Tindak Tegas Oknum Pamer Gaya Hidup Mewah
Maestro Batanghari Sembilan, Sahilin Tutup Usia, Dentingan Gitarnya dengan Bujang Buntu Takkan terdengar Lagi
Ayah Sahilin, Muhammad Saleh, Pernah jadi Tentara zaman Jepang