pendidikan

Kesantunan Bahasa Melayu Palembang Kampung Sei Bayas Sosiopragmatik: Sebuah Kajian oleh Sri Parwanti

DNU
Minggu, 21 Juli 2024 | 15:45 WIB
Diskusi kelompok terpumpun bahas disertasi Sri Parwanti, MPd, di Balai. Bahasa Palembang. (Dok)

1. Dekan FKIP UM Palembang
2. Ustad H Andi Syarifuddin
3. Linny Oktaviani dari Balai Bahasa Palembang
4. Dr. Haryadi, M.Pd. (Universitas Muhammadiyah Palembang)
5. Prof. Dr. Indrawan Syahri, M.Pd.
6. Dr. Latifah Ratnawati, M.Hum. (Universitas Sriwijaya)
7. Dr. Dedi Irwanto, M.Si. (Sejarawan, Universitas Sriwijaya)
8. Dr. Zahra Alwi, M.Pd. (Universitas Sriwijaya)
9. Kemas Ari Panji, M.Si. (Sejarawan/MSI Sumsel)
10. R.M. Ali Hanafiah, S.H. (Pakar Budaya Palembang)
11. Nyimas Laily Yulita, S.Pd., M.Pd. (Pemilik Naskah Palembang/SMP Negeri 11 Palembang)
12. Anwar Putra Bayu (Sastrawan)
13. Yudhy Syarofie (Penulis)
14. Drs. Saudi Berlian, M.Si. (Sosiolog)
15. Ayu Wulandari, M.Pd. (Universitas Muhammadiyah Palembang)
16. M. Nasir, M.Pd. (Media)
17. Dudi Iskandar (Media)
18. Mohammad Naba (Media)

Implikasi Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa implikasi penting. Pertama, temuan ini dapat digunakan untuk memperkaya bahan ajar bahasa dan budaya di sekolah-sekolah, khususnya di Palembang. Kedua, hasil penelitian ini dapat membantu pemerintah daerah dan organisasi budaya dalam merancang program pelestarian bahasa dan budaya yang lebih efektif. Ketiga, penelitian ini juga memberikan kontribusi akademis yang signifikan dalam studi sosiopragmatik dan kesantunan bahasa di Indonesia.

Akademisi dan praktisi

Kesantunan bahasa Melayu Palembang di Kampung Sei Bayas mencerminkan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang dianut oleh masyarakat setempat.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Parwanti memberikan wawasan berharga tentang bagaimana kesantunan bahasa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dan upacara adat.

Temuan ini tidak hanya memperkaya pemahaman kita tentang bahasa dan budaya Melayu Palembang, tetapi juga memberikan landasan untuk studi-studi lebih lanjut dalam bidang sosiopragmatik.

Diskusi kelompok terpumpun di Balai Bahasa juga menunjukkan pentingnya kolaborasi antara akademisi dan praktisi dalam mengkaji dan melestarikan kekayaan budaya Indonesia.

Halaman:

Tags

Terkini