Penelitian Sri Parwanti mengungkap beberapa temuan menarik mengenai kesantunan bahasa Melayu Palembang di Kampung Sei Bayas:
1. **Penggunaan Sapaan dan Gelar**
Penduduk Kampung Sei Bayas memiliki sistem sapaan dan gelar yang kompleks, yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat dan status sosial.
Misalnya, penggunaan kata "pak" dan "bu" untuk orang yang lebih tua atau yang memiliki status sosial lebih tinggi. Gelar-gelar tradisional juga digunakan dalam konteks tertentu untuk menunjukkan rasa hormat.
2. **Strategi Kesantunan dalam Permintaan**
Ketika membuat permintaan, penduduk setempat cenderung menggunakan strategi tidak langsung untuk menghindari konfrontasi dan menjaga harmoni sosial.
Misalnya, mereka mungkin menggunakan ungkapan seperti "Jika tidak merepotkan" atau "Kalau boleh" sebelum menyampaikan permintaan mereka.
3. **Peran Bahasa dalam Upacara Adat**
Bahasa memainkan peran penting dalam upacara adat, di mana penggunaan bahasa yang sopan dan sesuai sangat ditekankan.
Dalam acara seperti pernikahan, khitanan, dan peringatan kematian, ada ungkapan-ungkapan khusus yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat dan kesopanan.
4. **Kesantunan dalam Interaksi Keluarga**
Dalam keluarga, kesantunan ditunjukkan melalui penggunaan bahasa yang halus dan pemilihan kata yang hati-hati.
Orang tua di Kampung Sei Bayas mengajarkan anak-anak mereka pentingnya berbicara dengan sopan sebagai cerminan dari karakter yang baik.
**Diskusi Kelompok Terpumpun di Balai Bahasa**
Sebagai bagian dari kegiatan penelitiannya, Sri Parwanti juga membawa hasil penelitiannya untuk dibahas dalam diskusi kelompok terpumpun di Balai Bahasa.
Diskusi ini melibatkan berbagai ahli bahasa dan sosiologi untuk membahas temuan-temuan penelitian dan implikasinya terhadap pemahaman kesantunan bahasa dalam konteks budaya Indonesia yang lebih luas.
Diskusi ini juga membahas bagaimana hasil penelitian dapat digunakan untuk memperbaiki pendidikan bahasa dan program-program pelestarian budaya.
Peserta Diskusi Terpumpun
Diskusi kelompok terpumpun di Balai Bahasa melibatkan berbagai akademisi, sosiolog, sejarawan, dan praktisi budaya, termasuk: