KetikPos.com, Udayana — Tragedi yang menimpa Timothy Anugerah Saputra (22), mahasiswa Universitas Udayana (Unud), kembali membuka luka lama tentang kerasnya dunia pendidikan kedokteran di Indonesia.
Setelah percakapan bernada ejekan soal kematiannya viral di media sosial, tiga dokter muda (koas) yang diduga terlibat langsung dikeluarkan dari program pendidikan di RSUP Prof. IGNG Ngoerah, Denpasar.
Pelaksana Tugas Direktur Utama RSUP Prof. Ngoerah, I Wayan Sudana, menegaskan langkah tegas itu sebagai bentuk tanggung jawab moral.
“Kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pihak agar berhati-hati dalam bersikap, terutama di ruang digital yang bisa memunculkan dampak sosial luas,” ujar Sudana, Senin (20/10/2025).
Langkah Cepat RS Ngoerah: Tegas Tapi Menggugah
Dalam pernyataannya, Sudana menekankan bahwa para dokter koas tersebut bukan pegawai rumah sakit, melainkan peserta didik dari Universitas Udayana.
Namun, nama baik rumah sakit ikut tercoreng oleh tindakan tak pantas mereka di dunia maya.
“Kami mengembalikan peserta didik itu ke universitas untuk ditindaklanjuti. Jika terbukti melakukan pelanggaran etika atau perundungan, sanksi berat menanti,” tegasnya.
Keputusan RS Ngoerah dianggap sebagai bentuk “pagar etika” yang jarang ditunjukkan secara cepat di dunia kedokteran — sebuah dunia yang selama ini dikenal sangat hierarkis, di mana pelanggaran etik sering kali tenggelam di balik dalih “pembelajaran disiplin”.
Kampus Bergerak, Tapi Apakah Cukup?
Pihak Universitas Udayana telah membentuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (PPK) untuk menyelidiki dugaan perundungan terhadap Timothy.
Dalam rapat bersama antara Fakultas Kedokteran, FISIP, dan Dewan Mahasiswa, kampus menegaskan percakapan pasca-kematian Timothy tetap mencerminkan sikap nir empati dan melanggar kode etik mahasiswa.
“Kami memastikan tindakan tersebut akan ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku,” ujar perwakilan fakultas dalam keterangan resminya (19/10/2025).
Namun publik bertanya: apakah tindakan administratif cukup untuk mengubah kultur akademik yang sudah lama dianggap menormalisasi tekanan, senioritas ekstrem, dan sikap merendahkan antar-mahasiswa?
Bayang Kasus Aulia Risma di Undip: Luka yang Belum Pulih
Kasus Timothy bukan yang pertama.
Pada 2024, Aulia Risma, dokter spesialis muda di Universitas Diponegoro (Undip), juga meninggal dunia di Semarang usai diduga mengalami tekanan berat selama masa pendidikan.
Kementerian Kesehatan kala itu bahkan menghentikan sementara program studi Anestesiologi FK Undip di RSUP Dr. Kariadi.