KetikPos.com — Tangisan haru dan amarah berkecamuk dalam ruang sidang Pengadilan Militer I-04 Palembang, Senin pagi tadi. Di tengah deretan kursi pengadilan, terpampang foto-foto kenangan tiga pahlawan penegak hukum yang gugur dalam penggerebekan berdarah di arena judi sabung ayam Way Kanan, Lampung.
Foto-foto itu dibawa dengan penuh harap oleh keluarga para korban: istri dan ibu dari AKP Lusiyanto, Bripka Petrus Apriyanto, dan Bripda Ghalib Surya Ganta. Mereka tak hanya membawa kenangan, tapi juga tuntutan tegas yang menggema di ruang sidang: hukuman mati untuk Kopda Bazarsah, sang terdakwa penembakan brutal.
Keluarga Korban: “Kami Tidak Ingin Memaafkan, Hukum Mati Pelaku!”
Sasnia, istri Kapolsek Negara Batin yang tewas dalam tugas, berdiri di hadapan hakim dengan suara bergetar, “Kami bukan mencari siapa benar dan salah. Kami hanya ingin keadilan.”
Suara itu bergema diperkuat oleh Milda Dwi Ani, istri Bripka Petrus Apriyanto, yang menolak memaafkan pelaku, “Hanya satu kata yang kami inginkan: hukuman mati.”
Sementara itu, Suryalina, ibu Bripda Ghalib Surya Ganta, menyeka air mata namun tetap tegar, “Anak saya gugur demi negara. Hakim, tolong berikan keadilan yang pantas.”
Sidang Diselimuti Fakta Forensik dan Kesaksian Ahli
Sidang kali ini bukan sekadar drama keluarga yang berduka, melainkan pertempuran fakta forensik. AKP Vidya, ahli forensik senjata api dari Mabes Polri, menjelaskan dengan rinci serpihan peluru kaliber 5,56 mm yang ditemukan menembus tubuh para korban.
Kesaksian dari petugas identifikasi Polda Lampung dan ahli DNA serta dokter forensik melalui Zoom memperkuat fakta bahwa insiden itu melibatkan senjata dinas dengan peluru militer.
Di Balik Sidang, Ada Kisah Tragis dan Penuh Pertanyaan
Kasus ini membuka luka lama soal konflik internal aparat dan praktik judi ilegal yang merajalela. Kopda Bazarsah, yang juga terlibat dalam pengelolaan arena sabung ayam, kini berdiri di kursi terdakwa, membawa pertanyaan besar tentang integritas dan loyalitas aparat penegak hukum.
Keluarga korban berharap sidang ini menjadi titik balik, bukan hanya soal hukuman bagi terdakwa, tapi juga perubahan dalam tubuh kepolisian agar kejadian serupa tak terulang.
Harapan di Tengah Duka: Keadilan dan Penghormatan untuk Para Pahlawan
Sidang ini lebih dari sekadar pengadilan, ia adalah panggung perjuangan keluarga yang kehilangan orang tercinta, panggilan bagi hukum untuk bersuara tegas, dan pengingat bahwa pengorbanan polisi bukanlah hal yang bisa diabaikan.
Sementara itu, publik menanti dengan napas tertahan, berharap keadilan ditegakkan dengan penuh kejujuran dan keberanian.
Foto-foto di ruang sidang itu bukan hanya kenangan, tapi juga harapan bagi tegaknya keadilan.