KetikPos.com — Malam itu, suasana parkiran Lotte Grosir Pasar Rebo masih ramai. Mobil-mobil lalu-lalang, orang keluar-masuk membawa belanjaan.
Di balik rutinitas itu, sebuah adegan kelam terekam dingin oleh kamera CCTV: seorang pejabat bank, Mohamad Ilham Pradipta, dipaksa menyerah pada geng kriminal yang bergerak secepat kilat.
Detik-detiknya menyerupai potongan film kriminal: sebuah mobil putih melaju pelan, berhenti persis di sisi korban. Dalam hitungan detik, beberapa pria keluar, menyeret tubuh Ilham yang sempat melawan.
Jerit tanpa suara, tertelan oleh hiruk-pikuk parkiran. Mobil itu melaju, meninggalkan ruang hampa—dan tanya besar: ke mana korban dibawa?
Jawaban tragis datang dini hari berikutnya. Di hamparan sawah Kampung Karangsambung, Kabupaten Bekasi, seorang penggembala sapi menemukan tubuh Ilham.
Tangan dan kaki terikat, mata ditutup lakban. Hidupnya berakhir di tempat yang asing, jauh dari meja kerja dan keluarganya.
Polisi bergerak cepat. Empat orang berhasil ditangkap, namun satu sosok bayangan yang disebut sebagai “eksekutor utama” masih bebas.
“Pengejaran terus dilakukan. Kami tidak akan berhenti sampai seluruh pelaku tertangkap,” tegas AKBP Dicky Fertoffan, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur.
Kasus ini lebih dari sekadar kejahatan jalanan. Ia adalah potret betapa rapuhnya keamanan personal, bahkan bagi seorang kepala cabang bank milik negara. Publik pun bertanya-tanya: apakah ini murni kriminal, atau ada kepentingan lebih besar di baliknya?
Sementara itu, keluarga korban hanya bisa menunggu, dengan harapan sederhana: keadilan ditegakkan, dan pelaku utama tak lagi punya ruang untuk menebar teror.