KetikPos.com -- Martabak HAR bukan sekadar makanan lezat yang menggoda lidah, tetapi juga simbol dari perjalanan panjang dan kisah inspiratif dari pendirinya, Haji Abdul Rozak, atau lebih dikenal dengan panggilan HAR.
Lahir di Kampung Chu Kunu, Madras, India, pada tahun 1903, HAR memulai perjalanan hidupnya dengan merantau ke Singapura pada usia yang masih muda.
Tiga tahun kemudian, panggilan takdir membawanya ke kota Palembang, di mana ia mulai meniti karier sebagai pedagang es dan rokok menggunakan gerobak dorong.
Baca Juga: Martabak HAR dan Martabak India/Malabar, Pilih Mana?
Kejujuran dan ketekunannya mengundang perhatian Haji Asaari, yang kemudian menjadikannya anak angkat.
Pernikahannya dengan Nayu Husnah, anak dari seorang wiraswastawan terkemuka di Palembang, memberinya modal tambahan untuk memulai usaha sendiri.
Meskipun demikian, HAR tetap berusaha mandiri dan tidak ingin bergantung sepenuhnya pada keluarga mertuanya.
Dengan modal yang terbatas, HAR membuka toko kain sebelum akhirnya memutuskan untuk merintis usaha kuliner dengan membuka warung martabak pada tahun 1947.
Warung tersebut berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, dekat dengan Masjid Agung dan air mancur, di mana HAR menjual martabak khas Palembang yang kemudian dikenal sebagai "martabak Elite" karena keunggulan rasanya.
Di dekat lokasi ini dulu ada Bioskop Elite. Sehingga, martabak yang dijual HAR pun dikenal dengan nama Martabak Elite.
Baca Juga: HAR, dari Pembersih Cerobong Asap Pertamina Coba Bikin Martabak
Namun, kesuksesan tidak datang begitu saja. HAR harus menjual sepeda kesayangannya, Fongers, hanya untuk mendapatkan modal awal sebesar lima ringgit.
Dengan bantuan adiknya, Abdurrahman, warung martabak HAR semakin berkembang dan menjadi salah satu yang paling terkenal di Palembang.
Kunci kesuksesannya bukan hanya dari rasa martabak yang lezat, tetapi juga dari prinsip kejujuran, ketekunan, dan kebaikan hatinya kepada sesama.