Pengakuan dan Penghargaan
Pengabdian Ki Hajar Dewantara di bidang pendidikan diakui secara luas. Ia diangkat sebagai Menteri Pendidikan Indonesia yang pertama pada masa pemerintahan Soekarno, menunjukkan kepercayaan yang besar terhadap visinya dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada pada tanggal 19 Desember 1956, sebagai penghargaan atas kontribusinya yang luar biasa.
Baca Juga: Danau Nibung: Surga Tersembunyi di Pelukan Hutan Bengkulu
Pahlawan Nasional dan Hari Pendidikan Nasional
Pada tanggal 28 November 1959, Ki Hajar Dewantara dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional, mengakui jasanya yang tak ternilai dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Sebelumnya, pada tanggal 16 Desember 1959, ia telah diakui sebagai Bapak Pendidikan Nasional melalui Surat Kepresidenan Nomor 316 Tahun 1959.
Keputusan untuk menetapkan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional di Indonesia diambil untuk menghormati hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, memperingati dan menghargai kontribusinya yang besar dalam bidang pendidikan.
Warisan dan Pengaruh
Meskipun telah meninggalkan dunia ini pada tanggal 26 April 1959, warisan Ki Hajar Dewantara terus hidup dalam setiap aspek pendidikan di Indonesia.
Semangatnya untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak bangsa terus diperjuangkan hingga saat ini, dan beberapa semboyan yang ia tinggalkan, seperti "Tut Wuri Handayani", masih menjadi landasan dalam dunia pendidikan Indonesia.
Tutup usia Ki Hajar Dewantara di Padepokan Ki Hajar Dewantara bukanlah akhir dari perjuangannya, tetapi awal dari perjalanan panjang menuju masa depan pendidikan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia.
Baca Juga: Mengenal Hatim Adafah Videografer Asal Banda Aceh
Ki Hajar Dewantara, dengan latar belakang keluarga bangsawan, adalah putra dari Kanjeng Pangeran Ario Suryaningrat dan Raden Ayu Sandiah, yang keduanya merupakan anggota bangsawan Puro Pakualaman Yogyakarta.
Namun, meskipun berasal dari keluarga bangsawan, Ki Hajar Dewantara memilih untuk mempersembahkan hidupnya bagi pendidikan, tanpa memandang status sosialnya.