KetikPos.com -- Pagi itu, Pondok Pesantren Tunarungu-Tuli Jamhariyah dipenuhi kegelisahan. Muhammad Farhan Ramadhan, pemuda berusia 22 tahun, tiba-tiba menghilang. Kehadirannya yang ceria meninggalkan ketidakpastian dan kekhawatiran.
Mencari Jejak Yang Hilang
Pada 20 April 2024, Farhan pergi dari pondok pesantren tanpa jejak. Hanya mengenakan baju biru, tanpa membawa identitas, kepergiannya meninggalkan tanda tanya besar di antara teman-teman dan keluarga.
Baca Juga: Mengenal Bima Wahyu Syahputra: Sosok Travel Content Creator Berbakat dari Trenggalek
Berkomunitas dalam Pencarian
Ketika kabar kepergiannya menyebar, komunitas segera bersatu. Pamflet dibuat, informasi disebarkan di media sosial, dan pihak berwenang dihubungi.
Setiap langkah diambil dengan harapan menemukan Farhan.
Doa Sebagai Panggilan Bersama
Di tengah kegelisahan, doa menjadi pegangan. Teman-teman, keluarga, dan orang-orang yang belum pernah bertemu Farhan, bersatu dalam doa untuk keselamatannya.
Harapan yang Tetap Bersinar
Meski dihadapkan dengan ketidakpastian, harapan tetap menyala. Setiap langkah dalam pencarian dibalut dengan harapan yang kuat, bahwa suatu hari Farhan akan kembali dengan selamat.
Mengakhiri Dengan Keyakinan
Kisah mencari Farhan mengajarkan kita tentang kekuatan kebersamaan dan kekuatan doa. Dengan keyakinan yang teguh, kita percaya bahwa Farhan akan pulang dengan selamat, membawa cerita keajaiban di balik kegelapan.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.