Baca Juga: Hentikan Perusakan Pemakaman Pangeran Kramojayo, AMPCB akan Lakukan Aksi Damai
Makam Pangeran Kramo Jayo, yang nisannya telah diratakan dengan tanah, diduga dilakukan oleh Asit Chandra, yang mengklaim sebagai pemilik tanah.
Berbeda dengan Balai Pertemuan—yang kini telah ditetapkan sebagai Gedung Kesenian Palembang—nasib makam Kramo Jayo masih terkatung-katung.
Setelah aksi Ziarah Akbar yang digelar Zuriat Palembang Darussalam pada 12 Mei 2023, tidak ada perkembangan signifikan. Kompleks pemakaman yang sebelumnya dipagari seng oleh Asit Chandra kini telah dibuka. Apakah ini pertanda bahwa lahan tersebut akan segera dibangun? Jika benar demikian, maka sejarah akan kehilangan salah satu makam tokoh besar Kesultanan Palembang Darussalam.
Baca Juga: Ziarah Akbar Palembang Darussalam ke Makam Pangeran Kramojayo yang Kini Raib
Pangeran Kramo Jayo: Sosok yang Dicintai Rakyat
Seorang petualang Amerika, Murray Gibson, dalam bukunya Prison of Weltevreden: and a Glance at East Indian Archipelago (1855), mencatat bahwa pada tahun 1852, seorang saudagar Tionghoa di Palembang bernama Tchoon Long bercerita kepadanya tentang seorang tokoh hebat bernama Ferdano Mantri (Perdana Menteri) Kramo Jayo.
Kramo Jayo adalah mantan wazir Sultan Mahmud Badaruddin II, yang dengan gagah berani melawan Belanda hingga akhirnya tertangkap dan diasingkan.
Baca Juga: Master Plan Jembatan Ampera Palembang, Seperti Ini
Diceritakan bahwa rakyat Palembang, Melayu, Arab, dan Tionghoa bahu-membahu mengumpulkan dana untuk membebaskannya dari pengasingan. Bahkan, dana ratusan ribu rupiah telah disiapkan di Singapura untuk menyusun rencana pembebasan Kramo Jayo.
Tokoh ini dikenal sebagai pemimpin yang jujur, dermawan, dan dicintai rakyat. Setiap harinya, ia memberi makan 2.000 orang, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak.
Sayangnya, hingga kini masih belum jelas di mana beliau wafat—ada yang mengatakan di Tangerang, ada pula yang menyebut Probolinggo atau Purbalingga. Namun, makamnya yang berada di Palembang adalah bukti nyata keberadaan tokoh besar ini dalam sejarah Kesultanan Palembang Darussalam.
Baca Juga: Masjid Agung Palembang: Simbol Kebesaran Budaya dan Perjuangan Melawan Penjajah
Dengan segala jasa dan perjuangannya, tak ada alasan untuk menunda penetapan Kompleks Pemakaman Kramo Jayo sebagai Cagar Budaya. Pemerintah Kota Palembang harus segera bertindak demi menyelamatkan sejarah dan identitas kota ini.
Palembang tak boleh kehilangan jejak sejarahnya.
Menunda penetapan cagar budaya berarti membiarkan warisan kota ini terhapus oleh zaman.