Sahilin Sempat Diabadikan dalam Puisi Esai Ditulis oleh M Nasir, Berjudul: Menua di Batanghari, Ini Puisinya

photo author
DNU
- Sabtu, 25 Februari 2023 | 13:23 WIB
Anwar Putra Bayu, Editor Kumpulan Puisi Esai "Suara Kemanusiaan". (tangkapan layar WA Grup)
Anwar Putra Bayu, Editor Kumpulan Puisi Esai "Suara Kemanusiaan". (tangkapan layar WA Grup)


KetikPos.com -- Sahilin boleh kembali ke sang pencipta. Tapi ciptaannya akan abadi. Terutama karya-karya musiknya dalam irama batanghari sembilan.

Konsistensi berkesenian Sahilin ini ternyata sudah terekam dalam sebuah puisi esai yang ditulis oleh Muhamad Nasir. Seorang penulis dari Palembang.

Anwar Putra Bayu, editor kumpulan puisi esai tersebut menjelaskan, Puisi karya M. Nasir ini semacam puisi prarasa terhadap Maestro Sahilin.

"Puisi ini terhimpun dalam Suara Kemanusiaan yang masih dalam proses penerbitannya di Jakarta," ujar Ketua Satu Pena Sumsel ini.

Selamat jalan Sahilin. Semoga Husnul Khotimah.

"Alhamdulillah usulan Saya dan Kennedy Nurhan plus para seniman dan Parbud Sumsel dalam hal ini Rahman Zeth untuk mendukung Maestro tradisi yang pertama kali beserta Saidi Kamaluddin terwujud," ujarnya.

"Semoga Saidi dan Sahilin Husnul Khatimah, Ammin," ujar penyair mancanegara asal Palembang ini.

Berikut Puisi Esai yang ditulis M Nasir:

Yang Menua di Batanghari
Karya Muhamad Nasir

Batang hari terus mengalir
menuju muara di laut telinga
sembilan menghanyutkan beragam silir
dalam syair dan irama pun dentingan klasik

Dalam masanya pernah meraja
rebutan penghias ritual maupun kenduri
memang tak menggoda goyang
cerita kehidupan semata di senandung jari

Sang maestro bukanlah dilahirkan 1
dia bertahan dalam konsistensi
menggulirkan nada meski tak mesti berterima didengarkan
tepukan dan aplaus juga sama sepinya

Bukan materi yang dikejar dalam petikan
bukan tenar coba diraih pengindah hidup
seni itu tak lagi sekedar darah daging
tapi sudah menyatu dengan napas yang dominan tersengal

Dapur rekaman pernah membuka pintu
panggung di kampung juga rutin mengundang
pesta di gedung tak jarang mempercayai petikan
acara plat merah terkadang masih teringat mengagendakan

Disabilitas itu anugerah kuasa
piawai memetik dan hapal pantun kelebihan istimewa
tuna netra janganlah alasan untuk kasihan
meski irama yang disenandungkan senantiasa lirih dan miris

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X