KetikPos.com – Swasembada susu menjadi salah satu agenda strategis dalam memperkuat ketahanan dan kemandirian pangan nasional.
Keberhasilan program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang bertujuan meningkatkan asupan gizi masyarakat, sangat bergantung pada ketersediaan susu berkualitas tinggi.
Oleh karena itu, peningkatan produksi susu dalam negeri menjadi kebutuhan mendesak untuk memastikan pasokan yang stabil dan berkelanjutan.
Baca Juga: Guru Besar FKH Unair Ungkap Limbah Pertanian dan RPH Bisa Jadi Pakan Ternak Bernutrisi Tinggi
Tak hanya susu, peningkatan kualitas daging sapi sebagai sumber protein hewani juga menjadi aspek penting dalam mendukung MBG.
Menanggapi tantangan ini, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Tatik Hernawati, drh., M.Si., memperkenalkan metode seleksi pejantan unggul berbasis biomolekuler yang lebih akurat dan efisien dibandingkan metode konvensional.
Terobosan ini ia paparkan dalam orasi ilmiahnya pada acara Pengukuhan Guru Besar UNAIR di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C UNAIR, Selasa (25/2).
Seleksi Pejantan Unggul dengan Teknologi DNA
Dalam penelitian terbarunya, Prof. Tatik menemukan bahwa metode tes DNA menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) mampu meningkatkan akurasi seleksi pejantan unggul dibandingkan metode konvensional yang hanya mengandalkan pengamatan fisik dan pemeriksaan makroskopis.
“Model seleksi ini memanfaatkan gen promotor osteopontin sebagai gen penciri melalui analisis fragmen DNA hasil PCR. Hasil amplifikasi DNA berukuran 300-310 bp ini lebih akurat dan efisien dalam menentukan pejantan unggul,” ungkap Prof. Tatik.
Keunggulan pejantan sangat menentukan tingkat keberhasilan reproduksi dan kualitas genetik sapi perah. Dengan seleksi berbasis biomolekuler, kualitas sperma pejantan unggul dapat ditingkatkan, mempercepat kebuntingan sapi betina, serta mendorong produktivitas susu dan daging secara signifikan.
“Pendekatan biomolekuler ini memungkinkan seleksi lebih cepat dan efektif, sehingga dapat meningkatkan kualitas genetik serta produksi sapi perah di Indonesia,” tambahnya.
Artikel Terkait
Guru Besar Hukum Tata Negara Unpad Menilai Pencawapresan Gibran Cacat Legitimasi Karena Manuver Inkonstitusio
Unsri Kukuhkan 2 Guru Besar Fakultas Pertanian
Sadghuru Memilih Bali: Pulau Spiritual yang Menyentuh Jiwa Guru Besar Yoga
SMB IV Bangga atas Pengukuhan 9 Guru Besar UIN Raden Fatah
Guru Besar Hukum Pidana Universitas Padjajaran Prof.Romli Atmasasmita Kritik Pananganan Hukum Kasus Mardani Maming Terdapat Sejumlah Kekeliruan
Dunia Pendidikan Berduka: Prof. Dr. Ratu Wardarita, M.Pd, Guru Besar Bahasa Indonesia Universitas PGRI Palembang, Tutup Usia
Guru Besar FKH Unair Ungkap Limbah Pertanian dan RPH Bisa Jadi Pakan Ternak Bernutrisi Tinggi