Inovasi DNA dan Kriopreservasi: Terobosan Prof Tatik Hernawati dalam Swasembada Susu dan Daging Sapi

photo author
DNU
- Rabu, 26 Februari 2025 | 01:05 WIB
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Tatik Hernawati, drh., M.Si (Dok Ist/KetikPos.com)
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Tatik Hernawati, drh., M.Si (Dok Ist/KetikPos.com)

Kriopreservasi dan Rekayasa Protein untuk Reproduksi Sapi

Selain seleksi pejantan unggul berbasis DNA, Prof. Tatik juga mengembangkan teknik kriopreservasi dengan integrasi protein osteopontin (OPN).

Teknologi ini bertujuan meningkatkan viabilitas dan motilitas sperma, sehingga memperbesar peluang keberhasilan inseminasi buatan.

Baca Juga: SMB IV Bangga atas Pengukuhan 9 Guru Besar UIN Raden Fatah

“Penambahan protein osteopontin pada sperma terbukti meningkatkan daya tahan sperma selama proses kriopreservasi. Hal ini akan mempercepat peningkatan kualitas genetik sapi perah Friesian Holstein dan mendorong produksi susu nasional,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia juga meneliti potensi taurin dalam mendukung reproduksi sapi. Taurin, senyawa biologis yang memiliki sifat antioksidan, mampu mengurangi stres oksidatif, menstabilkan membran sel sperma, serta meningkatkan daya tahan sperma selama penyimpanan beku.

Baca Juga: Sadghuru Memilih Bali: Pulau Spiritual yang Menyentuh Jiwa Guru Besar Yoga

“Efek taurin tidak hanya meningkatkan kualitas sperma, tetapi juga meningkatkan efisiensi teknologi kriopreservasi, sehingga berkontribusi pada keberhasilan reproduksi ternak secara keseluruhan,” tambahnya.

Dampak Besar bagi Kemandirian Pangan Nasional

Inovasi yang dikembangkan Prof. Tatik ini berpotensi membawa dampak besar bagi industri peternakan Indonesia.

Dengan teknologi seleksi berbasis DNA dan kriopreservasi canggih, para peternak dapat menghasilkan sapi dengan kualitas genetik lebih unggul, meningkatkan produksi susu dan daging nasional, serta mengurangi ketergantungan pada impor sapi perah dan daging.

Dukungan riset semacam ini menjadi bukti bahwa peningkatan produksi pangan berbasis sains dan teknologi dapat menjadi solusi dalam mencapai ketahanan pangan nasional.

Jika diterapkan secara luas, metode ini tidak hanya akan menguatkan sektor peternakan Indonesia tetapi juga memastikan keberlanjutan program gizi nasional seperti MBG.****

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Sumber: UNAIR News

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X