Ketikpos.com -- Tawuran undangan melalui chat media sosial ternyata banyak diiikuti anak-anak SD di Palembang. Mereka ikut tawuran itu biasanya demi mendapatkan video atau foto untuk diunggah di medsos mereka.
Tawuran itu ini biasanya direkam dengan ponsel, tujuannya untuk membuat konten agar mendapat uang atau cuan dan subscribe atau viewer.
Di depan teman-temannya siswa tersebut menceritakan pengalaman tawuran sarung yang direkam untuk konten akun media sosial. “Kalau viral kontennya banyak yang nonton
banyak follower, dapat uang Bu,” ujar seorang anak SD dalam testimoninya.
Baca Juga: Penyuluhan di Ibu Pengajian, PBH Peradi Sebut: 8 Dampak Buruk Pernikahan Dini
Tawuran yang melibatkan anak-anak dan remaja jadi bahasan menarik siswa SDN 204 saat mengikuti penyuluhan hukum dalam program “BPHN Mengasuh” Kementerian Hukum dan HAm yang dilaksanakan Pusat Bantuan Hukum (PBH) Peradi Palembang, Senin (10/4/23).
Selama penyuluhan hukum yang sudah dilaksanakan pada 11 sekolah dari SD, SMP dan SMA di Palembang, tim PBH Peradi Palembang menghimpun sejumlah cerita siswa tentang tentang tindak kriminalitas yang dilakukan rekan sebaya atau anak-anak dan
remaja.
Seperti di SD Negeri 204 Palembang, tim PBH Peradi Palembang yang dipimpin Ketua PBH Aina Rumiyati Aziz bersama advokat Eka Novianti, Megaria dan Fenny Saskia Harun mendapat cerita dari seorang siswa kelas IV yang beberapa waktu lalu ikut diajak terlibat tawuran oleh siswa SMA.
Menurutnya, saat terjadi tawuran antara siswa seragam putih abu-abu, dia bahkan disuruh merekam peristiwa itu melalui telepon seluler (ponsel) atau hand phone (HP) salah seorang siswa yang ikut tawuran.
“Aku dak melok, disuruh pegang HP disuruh moto mereka yang sedang tawuran,” ujar siswa tersebut setelah sebelumnya Ketua PBH Peradi Palembang menyampaikan materi penyuluhan hukum tentang ancaman hukuman pada pelaku tawuran.
Baca Juga: Anak SD di Palembang Ikut Tawuran Sarung, Untung Hanya Luka Tidak sampai Meninggal
Mendapat cerita dari siswa tersebut Kepala SD Negeri 204 Mgs Ali Khameini mengatakan, “Anak -anak ini masih polos mereka dengan jujur menceritakan apa yang mereka lakukan dan mereka lihat.
Saat ditanya, “Siapa yang pernah ikut tawuran sarung?” ujar Aina.
Serentak beberapa siswa tunjuk tangan. Para siswa itu maju ke depan dan memberikan testimoninya masing-masing, menceritakan bagaimana mereka melakukan perang atau tawuran sarung sesama anak-anak yang dilakukan malam hari di kampung mereka pada bulan Ramadan.
Tawuran atau perang sarung selama Ramadan juga disampaikan siswa dari SD Negeri 9 yang beralamat di Jalan Sultan M Mansyur Lorong Alir Kelurahan Bukit Lama. Mereka melakukan perang sarung usai salat tarawih.
Menurut Aina, tawuran yang melibatkan anak-anak bukan hanya terjadi pada siswa SD Negeri 204.