“Air Mata Itu Sah Hari Ini”: Sambutan Emosional Dr. Kemas Abdul Rachman Panji di Hari Bahagianya

photo author
DNU
- Rabu, 25 Juni 2025 | 23:48 WIB
Promosi doktor Kms Ari Panji yang penuh haru namun memotivasi (Dok)
Promosi doktor Kms Ari Panji yang penuh haru namun memotivasi (Dok)

 

KetikPos.com — Dengan suara yang bergetar dan mata berkaca-kaca, Kemas Abdul Rachman Panji, M.Si. berdiri di hadapan para guru besar, penguji, keluarga, dan rekan-rekan seperjuangan. Hari itu menjadi saksi lahirnya Dr. Kemas Abdul Rachman Panji, gelar yang diraihnya setelah bertahun-tahun perjuangan yang panjang, melelahkan, dan penuh rintangan.

Dalam sambutan pasca-ujian terbuka disertasinya, Kemas tidak langsung membeberkan kronologi perjuangannya. Namun, ungkapan-ungkapannya jujur, apa adanya, dan menyentuh. Ia tidak menyembunyikan gejolak yang ia bawa sejak duduk pertama kali di kursi ujian pagi itu.

“Tentu hari ini adalah hari yang membahagiakan buat saya. Ini adalah sesuatu yang sudah lama saya nantikan. Bahkan mungkin... terlalu lama. Tapi saya tidak ingin bercerita tentang itu. Yang jelas, saya ingin berterima kasih kepada semua orang yang pernah memotivasi saya, yang tidak menyerah pada saya, bahkan saat saya nyaris menyerah pada diri sendiri.”

Ruang sidang mendadak hening. Semua pasang mata tertuju padanya. Ia melanjutkan sambil menahan luapan emosi:

“Saya termasuk mahasiswa yang lambat. Saya akui itu. Banyak hal yang menjadi penghambat—entah itu soal waktu, soal ekonomi, urusan keluarga, sampai tanggung jawab pekerjaan. Tapi saya tidak berhenti. Saya hanya... melambat.”

Bersama keluarga
Bersama keluarga (Dok)

“Perasaan Saya Bercampur Bau

Kata-kata ini menjadi highlight sambutannya. Sontak membuat beberapa hadirin tersenyum haru dan memahami betul maksud di balik metafora itu.

“Hari ini perasaan saya bercampur bau. Ada haru, ada sedih, ada kesal, ada bangga, dan ada semacam kelegaan yang selama ini tertahan. Mungkin kalau tidak saya keluarkan hari ini, semuanya akan jadi beban. Maka biarlah hari ini jadi hari untuk melepaskan semuanya.”

Ia mengaku, perjalanan akademiknya adalah perjalanan batin yang tidak ringan. Meneliti sejarah lokal, membongkar arsip-arsip yang tersembunyi, hingga menyusun disertasi tentang “Pitis” — mata uang kecil yang menyimpan makna besar — semua itu dilakukan dalam keterbatasan. Tapi keyakinannya bahwa sejarah harus disuarakan, tak pernah padam.

“Saya menulis tentang Pitis, tentang Kesultanan Palembang, karena saya merasa kita punya sejarah yang belum selesai. Dan saya tidak mau mati sebelum menyelesaikan bagian saya untuk itu.”

Kehadiran Guru Besar dan Tim Ujian

Sambutan ini disampaikan usai sidang promosi doktor yang dihadiri oleh para tokoh akademik:

Promotor / Penguji: Prof. Dr. Muhammad Adil, MA

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X